~ Tujuan Tarekat ~
Tarekat menurut para ahli tasawuf bertujuan untuk mencari keredhaan Allah SWT, melalui latihan jiwa (riyadhah) dan berjuang melawan hawa nafsu (mujahadah) dan membersihkan diri dari sifat yang tercela.
Berkenaan dengan tujuan tarekat ini, Abu Bakar Aceh mengatakan bahwa tujuan daripada tarekat itu ialah mempertingkatkan iman dalam hati pengikut-pengikutnya, demikian rupa sehingga tidak ada yang lebih indah dan dicintai selain daripada Tuhan, dan kecintaan itu melupakan dirinya dan dunia ini seluruhnya.
Dalam perjalanan kepada tujuan itu, manusia harus :
1. Ikhlas (bersih segala amal dan niatnya)
2. Muraqabah (merasa diri selalu diawasi Tuhan dalam segala gerak-gerinya)
3. Muhasabah (memperhitungkan betapa rugi amalnya, agar sentiasa dapat memperbaiki kebajikannya)
4. Tajarrud (melepaskan segala ikatan apapun jua yang akan merintangi dirinya menuju Allah)
5. Isyq (rindu yang tidak terbatas terhadap Tuhan)
6. Hubb (kecintaan kepada Tuhan itu melebihi dirinya dan segala alam yang ada di sekitarnya).
Pada hakikatnya tujuan utama tarekat ini tidak lain adalah agar seorang hamba dapat mengenal Allah atau ma’rifat billah dan selalu dekat dengan Allah.
Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia, sebagaimana dalam surah al-Baqarah ayat 186 :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Dalam rangka mengenal sedekat-dekatnya dengan Tuhan itu, menurut para Sufi, manusia harus berusaha mengenal dirinya. Dengan mengenal dirinya itulah maka ia akan mengenal Tuhannya.
Jadi dengan menempuh tarekat, menurut Nurcholis Madjid bererti kita menempuh jalan yang benar secara mantap dan konsisten. Orang yang demikian dijanjikan Tuhan akan memperoleh kurnia hidup bahagia yang tiada terkira.
Hidup bahagia itu ialah hidup sejati, yang dalam ayat suci diumpamakan dengan air yang melimpah ruah. Dalam kesufian, air kurniaan illahi itu disebut “air kehidupan”. Inilah yang secara simbolik dicari oleh para pengamal tarekat, yang wujud sebenarnya tidak lain ialah “pertemuan” dengan tuhan dengan redhaNya.
"Maka selain dari Allah, ianya merupakan hijab buat manusia". Wallahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment